Sabtu, 20 Juni 2020

Membangun Ketahanan Nasional Pasca COVID-19

RIZKY ANANTA PRADANA (16416596) 4IB03
ALDI RAYI PAMUNGKAS (18416188) 4IBO3

Wabah bisa membuat "revolusi"? Apa iya? Jangan bayangkan dulu seperti revolusi ala Che Guevara, atau revolusi Iran yang merontokkan sistem lama dan membangun sistem baru. Ini wilayah revolusi politik. Tapi revolusi bisa juga menyentuh aspek non politik semisal adanya "momentum" bisa berupa "aset baru" yang terbangun atau pinjam istilah Karl Mannhem (1979) adanya "determinasi situasional" yang merekahkan warna baru, yaitu perubahan.

Kondisi Sosial Global

Beberapa pagebluk yang tercatat oleh sejarah, memiliki dampak revolusioner, seperti jatuhnya sebuah dinasti hingga meluasnya kolonialisme. Ambil contoh skala epidemi yang menghantam Eropa abad pertengahan yang dikenal dengan nama "maut hitam" (black death) yang sangat mengerikan dan menewaskan sepertiga penduduk. Wabah ini berdampak pada runtuhnya sistem feodalisme lama dimana orang dipaksa bekerja untuk membayar sewa terhadap tanah yang mereka tinggali. Hal ini mendorong Eropa Barat menuju komersialisasi dan menjadi lebih modern dengan mengembangkan sistem ekonomi berdasar uang kontan. Bahkan ada pandangan bahwa wabah ini mendorong terjadinya imperialisme yang dilakukan negara-negara Eropa.

Saat yang tak kasat Mata Meneror

Saat covid-19 mendera, kontan ada kebijakan untuk physical distancing dan juga dengan work from home (WFH). Masyarakat yang sudah biasa ngobrol di dunia maya kali saja menjadi tak kaget dengan ketetapan itu. Di negeri kita, sebelum munculnya tehnologi android lewat wujud smartphone canggih, masyarakat cukup pakai "getok tular" untuk berkomunikasi saat ada keperluan.

Tapi begitu "alat ajaib" ini ada, masyarakat cukup rebahan untuk berkomunikasi dan juga menyesap berbagai informasi tentang dunia seisinya. Mau pesan makanan, pijat atau lainnya, atau mau diskusi serius atau sekedar alay-alay cukup melototi gadget. Ketika covid-19 menjadi pandemi global, maka ramailah dunia medsos dengan berbagai opini dan wejangan. Tentu ini positif. Beragam "resep" yang diluapkan di medsos akan menjadi pemandu bagi masyarakat agar bisa menghindari virus begajul ini. Sisi lain, lewat medsos pula tersingkap solidaritas sosial untuk saling membantu. Seremoni, perayaan untuk meluapkan rasa iba, empati, bantuan bertalu-talu. Tentu ini wajah indah bagi sebuah negeri yang tengah dilanda teror non-tradisional ini.

Dunia gadget telah melahirkan revolusi. Masyarakat semakin terhubung secara dekat. Sesuai pernyataan Thomas L. Friedman (2005) dalam buku karya nya yang berjudul "World is Flat", bahwa dunia makin mendatar dan mengkerut yang tak terbayang sama sekali sebelum globalisasi yang membawa serta kecanggihan tehnologi. Ya, World Wide Web (WWW) atau kemudian disebut Web mengubah internet menjadi dunia maya ajaib.

Dan kini, begitu ada semburan covid-19, revolusi semakin nyata. Masyarakat seperti dicelikkan dengan situasi adanya "musuh bersama" yang bisa memunculkan panik dan ketakutan, namun juga kesiapsiagaan, opitimisme, solidaritas dan kohesitas sosial yang menggumpal-gumpal. Seremoni yang sepanjang ini digaungkan dan diejawantahkan dalam berbagai kegiatan entah itu kemasyarakatan atau keagamaan, sekarang harus ditunda dan dihentikan. Bahkan untuk sebuah ritual wajib keagamaan seperti shalat jumat perlu berbesar hati untuk mengikuti perintah demi menghalau covid-19. Untuk ramadan tahun ini bisa saja kebijakan untuk meliburkan shalat tarawih dan mungkin juga shalat Id serta mudik lebaran. Bisa saja haji tahun ini akan ditiadakan sementara bilamana "virus transnasional" ini masih menggila. Baru kali ini, ada "revolusi" sedemikian menyolok dan menyentuh pada wilayah yang selama ini dianggap "sakral". Saya seumur-umur baru mengalami fakta ini.

Berdasarkan data dari BNPB per Sabtu (28/3/2020) siang, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif di Indonesia yakni sebanyak 1.155 orang. dari jumlah tersebut, sebanyak 59 orang telah dinyatakan sembuh. sedangkan jumlah pasien yang meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19 ada sebanyak 102 pasien.

Di negeri kita, dengan kian mengganasnya covid-19, telah pula merubah kebijakan pemerintah semisal Ujian Nasional (UN) untuk SD, SMP dan SMA tidak diberlakukan. Ini berarti dipercepat yang tadinya hendak diwujudkan 2021. Apalagi buat warga Jakarta yang paling banyak terpapar corona baik pada level Orang Dalam Pemantauan (ODP) maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) akan mendapat perhatian khusus. Kalau warga Jakarta mudik, bisa-bisa masyarakat daerah akan tertular. Karenanya bisa jadi masyarakat daerah akan resistensi terhadap siapapun khususnya warga Jakarta yang mudik ke daerahnya.

Aspek Ketahanan Nasional

Masalah Covid-19 saat ini bukan hanya masalah dunia Internasional saja, tetapi juga sudah jadi masalah Nasional Indonesia. Masalah dan dampak Covid-19 di Indonesia, bagaimana negara Indonesia menghadapinya bisa ditinjau dari Model Ketahanan Nasional Indonesia saat ini, yaitu yang dikenal sebagai Astagatra.

Menurut model Ketahanan Nasional Indonesia, aspek kehidupan nasional dibagi dua yaitu aspek alamiah dan aspek sosial.

Aspek alamiah mencakup tiga gatra yaitu Kondisi geografis negara, Kekayaan alam, Keadaan dan kemampuan penduduk (demografi).

Oleh karena aspek alamiah tersebut mencakup tiga gatra maka disebut Trigatra.

Aspek sosial mencakup lima gatra, yaitu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial budaya, Hankam (Pertahanan dan Keamanan).

Oleh karena aspek sosial tersebut terdiri atas lima gatra maka disebut Pancagatra. Penggabungan aspek alamiah (Trigatra) dan aspek sosial (Pancagatra) menghasilkan delapan gatra atau yang dikenal dengan istilah Astagatra (asta = delapan).

Berdasarkan hasil penelitian Lemhanas per Maret 2019, Secara keseluruhan Indeks Ketahanan Nasional Indonesia berada dalam posisi cukup tangguh yaitu diangka 2,69 artinya berbagai dinamika bisa diatasi dengan baik.

Kalau kita hanya melihat masalah Covid-19 saja maka seakan-akan masalahnya hanya masalah Virus Corona yang menyerang Kesehatan manusia. Akan tetapi karena masalah Covid- 19 ini sudah mewabah keseluruh dunia (pandemic) termasuk Indonesia maka ini sudah bukan masalah Virus Corona dan Kesehatan saja, akan tetapi sudah berkaitan dengan masalah sosial yang lebih luas dan merambat ke masalah lainnya.

Dilihat dari Astagatra, masalah Kesehatan masyarakat bisa dimasukkan kedalam Aspek Sosial, Pancagatra, di Gatra Sosial/Budaya. Namun bila dilihat dari perkembangan situasi saat ini, akan juga berkaitan dengan Gatra lainnya.

Mewabahnya Covid-19 di banyak negara dan di Indonesia sudah mempengaruhi perekonomian dunia dan Indonesia, ini berkaitan dengan Gatra Ekonomi. Dilibatkannya Instansi Militer dan aparat Keamanan lainnya juga sudah melibatkan Gatra Pertahanan dan Keamanan.

Kritikan terhadap Pemerintah karena dianggap lamban atau salah dalam menyikapi masalah Covid-19 juga sudah masuk keranah Gatra Politik. Himbauan untuk tidak melakukan kegiatan keagamaan/berkumpul di rumah ibadah ada yang mengasosiakan dengan ajaran Komunis, dan ini menyangkut ke Gatra Ideologi.

Bila dilihat dari Aspek Alamiah, Trigatra, maka dari Gatra Kondisi Geografis negara Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dan berada di persimpangan dunia mau tidak mau akan ikut juga merasakan wabah Covid -19. Kondisi negara yang banyak pulau bisa cukup menguntungkan untuk mencegah berkembangnya Covid-19 dari satu pulau ke pulau lainnya selama bisa diatur dengan baik. Dari Gatra Kekayaan Alam, pemanfaatannya akan terkendala dan tentunya tidak akan banyak bisa dinikmati Masyarakat apabila Covid-19 tidak segera dihentikan.

Dari Gatra Keadaan dan Kemampuan Penduduk (Demografi), inilah yang harus terus menerus diperhatikan. Tunjukkan kepada masyarakat bahwa Pemerintah benar-benar sudah sangat serius dan sudah memimpin, memegang komando dan kendali penuh dalam perang menghadapi Covid-19.

Pada akhirnya mari bersama melawan pandemi covid-19 dan  Informasikan berita-berita yang jelas tentang cara-cara dan aturan-aturan dalam menghadapi Covid-19 agar masyarakat bisa lebih paham dan terlindungi. Kobarkanlah terus semangat, sikap kebersamaan dan rasa percaya diri bahwa bangsa Indonesia pasti mampu dan bisa menyelesaikan wabah Covid-19 sesegera mungkin. Masyarakat juga jangan mudah panik dalam menghadapi situasi saat ini. Semoga wabah covid-19 ini segera berlalu dan terwujud sebuah revolusi (perubahan) besar bagi bangsa dan negara Indonesia.

Tentunya Masyarakat harus disiplin, patuh dan taat melaksanakan aturan-aturan dan himbauan dari pemerintah. Masyarakat harus bisa menjaga dirinya sendiri dan keluarga serta Lingkungannya agar tidak terkena Covid-19.

Sumber
https://www.kompasiana.com/misbahkhulhamdan/5e7f64f3097f3612af346782/pandemi-global-covid-19-perspektif-ketahanan-nasional

COVID-19: Membangun Kembali Semangat Toleransi Manusia Indonesia

COVID-19: Membangun Kembali Semangat Toleransi Manusia Indonesia 

Pemerintah telah menyatakan wabah virus corona sebagai bencana nasional. Maka, harus ada upaya gotong royong, sinergi sumber daya dan strategi dari semua komponen bangsa menghadapi rasa cemas yang dirasakan masyarakat internasional dan tentu masyarakat Indonesia. Apalagi, dari hari ke hari, jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat signifikan. Catatan ini telah menimbulkan kepanikan dan silang pendapat yang ditimbulkan di luar konteks penanganan virus itu sendiri, bahkan menjadi komoditas politik dan ekonomi. Mari hilangkan pertikaian, politisasi, dan saling nyinyir seperti saat menghadapi konstestasi politik. Perang melawan virus corona adalah arena perjuangan kemanusiaan, bukan arena politik maupun ekonomi. Kita kecam oknum dari unsur mana pun yang menjadikan bencana Covid-19 sebagai komoditas politik maupun komoditas ekonomi, seperti yang dilakukan oleh oknum yang tidak memiliki empati kemanusiaan dengan memanfaatkan kepanikan masyarakat. Mari belajar dari China dan Italia dalam perang melawan Covid-19. Ketika dihantam badai Covid-19, masyarakat China saling menguatkan patuh pada instruksi pihak otoritas dengan mengatakan "Wuhan, jiayou", yang artinya "Wuhan, kamu pasti bisa". Dan, setelah berhasil melokalisasi virus corona, masyarakat China khususnya Wuhan memberi penghormatan yang tulus kepada tenaga medis, petugas keamanan dan para relawan yang telah berjuang bersama dalam melawan virus corona. Mereka memberikan bermacam-macam hadiah dengan tulus. Bagaimana dengan Italia dalam kondisi krisis pangan, krisis alat kesehatan, dan obat-obatan melawan corona? Mereka juga bersemangat dari rumahnya masing-masing menyanyikan lagu lagu heroik dan mengibarkan bendera negara lewat jendela rumahnya. Masyarakat Italia berusaha saling menguatkan dengan pemerintahnya sekaligus memberikan pesan pada dunia bahwa "Kami bersama pemerintah melawan virus corona". World Health Organization (WHO) sendiri telah menetapkan penyakit akibat virus ini sebagai pandemi global. Artinya, penularan dan ancamannya telah melampaui batas-batas antarnegara. Kewaspadaan berbagai negara dan masyarakat internasional pun semakin memuncak. Secara global, total kasus virus corona telah melampaui 500.000 kasus. Di Indonesia, jumlah pasien Covid-19 hingga 27 Maret 2020 sudah menembus seribu kasus. Mari jadikan musibah meluasnya pandemi virus corona sebagai momentum untuk memperkuat solidaritas sosial sesama anak bangsa dalam menghadapi beragam bencana. Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang harus disyukuri. Sekaligus menjadi negara paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar data yang dikeluarkan oleh badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa ketika terjadi bencana alam, non-alam dan bencana sosial, sementara pemahaman dan kemampuan mitigasinya masih terbatas. Pemerintah pusat dan daerah telah mengeluarkan banyak kebijakan demi mencegah penyebaran Covid-19. Salah satu kebijakan yang dapat diambil adalah meliburkan sementara proses belajar-mengajar di sekolah dan universitas serta mengimbau mereka belajar di rumah. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, mendesak semua pihak bekerja sama dalam mempercepat upaya penanganan virus corona. Sebab, virus corona saat ini adalah musuh bersama yang perlu ditekan penyebarannya. Saat ini adalah waktu yang tepat melakukan aksi bela negara. "Kita harus memandang virus ini sebagai musuh bersama yang harus dihadapi bersama-sama. Saat ini tak perlu saling hujat karena hal tersebut tak ada manfaatnya dan hanya buang energi, imunitas tubuh pun berkurang," kata Doni Monardo saat konferensi pers di BNPB, Jakarta, Sabtu (14/3/2020). Ancaman lain yang dihadapi oleh pemerintah adalah merebaknya hoaks terkait virus corona yang semakin banyak beredar di media sosial. Hingga Kamis (12/3/2020), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menemukan 196 hoaks dan disinformasi seputar virus corona di Indonesia yang telah menimbulkan kepanikan masyarakat

Menjadi Relawan Kemanusiaan
Sejalan dengan arahan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19, saat ini adalah momentum kita sebagai warga negara yang memiliki kemampuan kesehatan fisik, pengetahuan, dan keterampilan untuk menjadi relawan kemanusiaan. Ini merupakan wujud aksi bela negara, minimal di lingkungannya masing-masing. Marilah bersatu-padu bersama pemerintah untuk saling memberikan semangat dan membantu memutus mata rantai penyebaran virus, khususnya pada kelompok rentan, seperti lansia, balita, wanita hamil, dan penderita penyakit bawaan. Caranya antara lain dengan memberikan sosialisasi yang tepat, membagikan masker dan makanan bergizi bagi yang membutuhkan. Kita juga dapat membagikan masker kepada warga yang mengalami gejala flu dan demam, berbagai makanan ke masyarakat yang kurang sejahtera, agar imunitas diri meningkat. Saat ini saatnya kita semua untuk hadirkan empati, terutama kepada sekeliling kita yang mengalami kepanikan, dengan memberi informasi yang akurat. Perkuat silaturahmi dengan warga sekitar yang pada saat tertentu sulit karena kesibukan masing-masing. Momentum anjuran kerja dari rumah bisa dimanfatkan untuk saling sapa menyapa, yang dihayati sebagai suatu kebajikan yang harus dihadirkan saat kita semua terutama saat menghadapi bencana. Relawan adalah pembangun solidaritas untuk mewujudkan rasa kebersamaan untuk saling menguatkan. Relawan atau volunteer, yaitu orang yang memiliki keterpanggilan hati untuk mengambil peran yang kontruktif pada kegiatan yang dikoordinasikan oleh institusi yang memiliki otoritas. David G Myers memaknai pengertian relawan dalam bukunya berjudul Social Psychology, yaitu orang yang memiliki hasrat membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan. Ini sejalan dengan konsep altruisme atau biasa kita sebut sebagai "ikhlas" dan "rela". Kita harus percaya bahwa bencana Covid-19 akan mudah diatasi jika ada lebih banyak lagi relawan kemanusiaan yang terlatih dan mau bergerak secara kolaboratif dengan pihak-pihak terkait, tidak jalan sendiri. Dengan menjadi relawan, kita menjadi teladan bagi orang lain untuk melakukan hal positif. Menjadi relawan bisa menjadi wujud aksi kita berhidmat menjadi insan yang bermanfaat bagi banyak orang.